METANJUNG
SAMBUK
Di Bali sarat dengan tradisi dan budaya,
salah satunya adalah upacara perkawinan di Bali. Menurut kepercayaan Hindhu di
Bali, pawiwahan merupakan acara yang sangat sakral dan suci. Acara inti saat
pawiwahan adalah “Mekala-kalaan” atau biasa di sebut dengan natab banten.
Upacara “Mekala-kalaan” biasanya dipuput oleh pinandita. Upacara ini
dilaksanakan di halaman rumah karena merupakan titik sentral kekuatan “Kala
Bhucari”sebagai penguasa wilayah madyaning mandala perumahan. makala-kala
berasal dari kata “kala” yang berarti energi. Kala merupakan manisfestasi
kekuatan kama yang memiliki mutu keraksasaan (asuri sampad), sehingga dapat
memberi pengaruh kepada pasangan pengantin yang biasa disebut dalam “sebel
kandel”.
Secara sederhana, Upacara perkawinan di
Bali dikenal dengan Matanjung Sambuk. Namun sebenarnya metanjung sambuk
merupakan serangkaian upacara pawiwahan tersebut. Atribut dalam prosesi
Metanjung Sambut yaitu sambuk (serabut kelapa) dibelah tiga, didalamnya diisi
sebutir telur bebek, kemudian dicakup kembali diluarnya diikat dengan benang Tri
Datu (Benang 3 warna).
Mekanisme pelaksanaan Metanjung Sambuk
ini di mana kedua mempelai saling
tendang serabut kelapa (matanjung sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu
secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita.
Sambuk Kupakan (serabut kelapa) yang digunakan pada saat Natab Beten
harus disimpan di bawah kolong tempat tidur pengantin. Dengan maksud agar
Sambuk tersebut dijaga oleh kedua mempelai, seperti mereka menjaga hubungan
suami istri.
Menendang-nendang sambuk bermakna /
menggambarkan bahwa di dalam suatu pernikahan tidak jarang dijumpai suatu
masalah. Disisi lain, mekanisme berupa didudukinya sambuk oleh mempelai wanita
bermakna / menggambarkan keadaan musyawarah dengan duduk tenang, dan senantiasa
ingat bahwa ketika pertengkaran tersebut datang salah satu dari pasangan harus
ada yang mengalah agar pertikaian tidak berkepanjangan.
Sambuk yang
digunakan tersebut memiliki pengaruh penting terhadap kelangsungan pernikahan.
Apabila Sambuk Kupakan ini tidak disimpan dengan baik, maka momentum ini akan
dimanfaatkan oleh orang yang tidak suka melihat kita bahagia. Sambuk tersebut
akan dijadikan sarana bagi mereka yang ingin menghancurkan pernikahan yang
bersangkutan. Akibatnya, kedua mempelai dapat terlibat perselisihan,
perkelahian bahkan hingga perceraian.
Makna setiap
atribut :
Adapun makna
atribut-atribut yang digunakan dalam upacara metanjung sambuk tersebut.
1. Sambuk (serabut kelapa) berbelah
tiga simbol dari tri guna (sattwam, rajas, tamas).
2. Benang Tri Datu simbol dari Tri
Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) yang mengisyaratkan kesucian.
3. Telor bebek simbolis dari
manik.